Selasa, 05 November 2013

Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kedewasaan Anak

Kedewasaan anak tumbuh dari diri anak itu sendiri. Namun dalam pembentukkannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti mempunyai faktor utama yang mempengaruhi pembentukkannya, begitu juga dengan kedewasaan anak. Sudah sangat jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi kedewasaan anak adalah orangtua, sebab orangtua yang paling dekat dengan kita. Orangtualah yang memperkenalkan kita terhadap dunia sejak kita datang ke dunia ini. Pola asuh orangtua terhadap anaknya pun berbeda-beda, begitu juga pengaruhnya terhadap anak  karena pola pikir setiap orang tidak ada yang sama persis. Semua orang mempunyai pemikiran masing-masing. Benar menurut seseorang belum tentu benar untuk orang lain. Hal inilah yang akan saya bahas dalam tulisan ini.
Semua orangtua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Segala cara dilakukan oleh para orangtua demi kebaikan anaknya. Cara mereka memiliki peran penting dalam perkembangan kedewasaan anak. Anak bisa semakin dewasa ataupun sebaliknya tergantung dari cara didik orangtuanya. Berikut saya akan membahas beberapa pengaruh pola didik orangtua terhadap anak.
Pertama, mengenai Rasa syukur; Pengendalian emosi; Pola fikir serta tindakan;
Orangtua pasti ingin sekali semua kebutuhan anaknya terpenuhi. Terutama bagi keluarga yang berada di kalangan atas. Apapun yang anaknya inginkan, selalu dipenuhi. Contohnya saja mainan. Ya memang tidak ada salahnya orangtua membelikan anaknya sebuah mainan. Namun jika dibelikan terus, anak tersebut akan semakin tidak memiliki rasa bersyukur. Kenapa? Karena anak-anak memiliki sifat yang cepat bosan. Jika dia sudah bosan terhadap sesuatu maka ia akan meminta lagi untuk digantikan yang baru. Jika gaya ini dilakukan terus-menerus hingga anak tersebut besar, maka sudah tidak diragukan lagi jika anak tersebut semakin kekanak-kanakan. Dia akan semakin manja dan semua yang diinginkan harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi maka anak tersebut cenderung akan marah dan ngambek. Hal ini sudah sering saya lihat, tidak hanya pada anak-anak, bahkan pada orang yang sudah dibilang dewasa pun begitu. Inilah yang disebut sebagai pengendalian emosi. Orang dewasa pastinya bisa mengendalikan emosinya. Dia juga tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Semuanya perlu difikir secara matang.

Kembali ke rasa syukur.  Terkadang rasa syukur juga diperlihatkan oleh gaya hidup orangtuanya sendiri dan biasanya anak-anak mengikuti semua yang dilakukan orangtuanya. Misalnya mengenai makanan atau apapun. Tidak sedikit jika seseorang mengeluh karena ia tidak suka atau bosan terhadap makanan yang sudah disediakan. Lalu ia pergi untuk makan di luar sesuai dengan keinginannya.  Nah, inilah yang disebut tidak memiliki rasa bersyukur. Boleh, jika kita sesekali makan di luar. Tidak ada yang melarang. Namun akan lebih baik jika kita menghabiskan dulu makanan yang sudah tersedia di rumah dan tidak membuangnya. Tidak hanya itu, contoh lain pada handphone bagi remaja. Kebanyakan anak remaja menggunakan handphone dengan kasar, jika rusak ya tidak apa-apa, karena mereka berfikir bahwa orangtuanya bisa membelikannya kembali dengan model yang lain. Saya mengingatkan bahwa di dunia ini tidak ada yang mudah untuk mendapatkan sesuatu. Semuanya perlu perjuangan. Mestinya kita bisa melihat bahwa banyak orang yang lebih susah dari kita, oleh karena itu orang dewasa harus memiliki rasa bersyukur, dimanapun dan apapun keadaannya.
Kedua, mengenai Tanggung jawab;
Tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban bagi semua orang. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anaknya dengan baik. Begitu juga dengan anak, memiliki tanggung jawab untuk mematuhi serta menghormati orangtua.
Orang tua adalah pusat pengaduan dan penyelesaian masalah bagi anaknya. Setiap anak mempunyai masalah, maka ia ceritakan dengan orangtua. Itu memang baik bahkan sangatlah baik untuk diikuti oleh semua orang, sehingga masalah tidak dipendam sendiri.
Langsung saja kepada contoh kejadian yang sudah sering kita lihat. Misalnya anak memiliki kesalahan, lalu dimaafkan oleh ayahnya. Ibunya marah, karena walaupun ia melakukan hal yang kecil ia tetap saja salah. Jika anak salah maka harus disalahkan, diberi hukuman ringan atau teguran dan bukan untuk dibela. Hal ini tidak menutup kemungkinan jika anak tersebut tidak pernah dimarahi, maka ia akan terus melakukan kesalahan hingga ia tumbuh besar tanpa adanya penyesalan. Nah, inilah yang disebut tanggung jawab. Mengakui serta memperbaiki kesalahan adalah tanggung jawab bagi seseorang yang berbuat salah. Jika anak tersebut tidak pernah dilatih untuk bertanggung jawab, maka sampai besar pun ia tidak akan memiliki rasa tanggung jawab. Karena tanggung jawab tidak hanya tumbuh dari pengajaran lisan saja, namun diperlukan adanya pelatihan juga. Salah satu contoh cara untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak adalah wajib merapikan tempat tidur. Secara tidak langsung jika ia selalu melakukannya maka rasa tanggung jawab itu muncul, yaitu rasa tanggung jawab untuk menjaga kamarnya agar tetap bersih dan rapi. Begitu juga dengan hal lainnya.
Ketiga, mengenai Kemandirian dan Keberanian; Sosialisasi terhadap masyarakat luar;
Terkadang orangtua yang terlalu menyayangi anaknya terlalu over protektif terhadap anaknya. Kemana-mana anaknya harus ditemani dan tidak boleh main kemana-mana, terkecuali untuk kepentingan belajar kelompok. Walaupun anaknya sudah besar, ia tidak diizinkan untuk pergi sendiri. Memang rasa kekhawatiran itu wajar bagi orangtua terhadap anaknya. Namun disini kita kembali kepada diri anak tersebut. Apakah dengan cara itu akan memberi pengaruh yang baik terhadap perkembangan anak? Menurut saya tidak. Cara itu hanya akan membuat diri anak menjadi tidak mandiri, ia akan takut untuk pergi kemana-mana sendiri. Selain itu, ia akan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat luar. Apakah sifat seperti ini bisa dibilang dewasa? Tidak. Orang dewasa tentunya bersifat mandiri dan dia bisa bersosialisasi dengan masyarakat luar dengan baik. Jika orangtua khawatir dengan keadaan anaknya tidak dengan cara seperti itu. Tapi dengan hanya membatasi serta mengontrol kegiatan anak. Sesekali anak diperbolehkan untuk pergi sendiri (jika sudah besar) dan diperbolehkan untuk mengenal lingkungan sekitarnya.
Lalu untuk menumbuhkan rasa keberanian, akan lebih baik jika anak tersebut diikuti lomba. Misalnya untuk anak-anak TK. Sudah banyak perlombaan yang diadakan khusus untuk anak-anak TK ataupun playgroup. Nah, cara ini bisa dibilang sebagai cara yang instan untuk menumbuhkan rasa keberanian pada anak, sehingga saat ia besar,anak tersebut menjadi lebih aktif dan tidak menjadi anak yang pendiam.
Keempat, mengenai Kepribadian dan Pendirian;
Kepribadian serta pendirian muncul dari anak itu sendiri. Jika orangtua telah mendidik anaknya dengan baik dari kecil, maka sudah pasti anak tersebut akan berkembang dengan baik, semakin lama anak tersebut akan semakin dewasa. Sangatlah jelas, kepribadian orang dewasa berbeda dengan anak kecil. Orang dewasa percaya terhadap diri sendiri, memiliki pendirian tetap dan tidak meniru perilaku orang lain (menjadi diri sendiri). Berbeda halnya dengan anak kecil yang selalu mengikuti perilaku orang dewasa dan belum memiliki pendirian (labil).
Jadi, apapun yang dilakukan oleh orangtua sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Kedewasaan anak tergantung dari cara didik orangtuanya masing-masing. Saya yakin orangtua punya caranya masing-masing dalam mendidik anaknya dengan baik.
Demikian analisa saya mengenai pengaruh pola asuh orangtua terhadap perkembangan kedewasaan anak. Semoga yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Saya mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Sekian dan terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar