Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kedewasaan Anak
Kedewasaan anak tumbuh
dari diri anak itu sendiri. Namun dalam pembentukkannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti mempunyai
faktor utama yang mempengaruhi pembentukkannya, begitu juga dengan kedewasaan
anak. Sudah sangat jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi kedewasaan anak
adalah orangtua, sebab orangtua yang paling dekat dengan kita. Orangtualah yang
memperkenalkan kita terhadap dunia sejak kita datang ke dunia ini. Pola asuh
orangtua terhadap anaknya pun berbeda-beda, begitu juga pengaruhnya terhadap
anak karena pola pikir setiap orang
tidak ada yang sama persis. Semua orang mempunyai pemikiran masing-masing.
Benar menurut seseorang belum tentu benar untuk orang lain. Hal inilah yang
akan saya bahas dalam tulisan ini.
Semua orangtua pasti
mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Segala cara dilakukan oleh para
orangtua demi kebaikan anaknya. Cara mereka memiliki peran penting dalam perkembangan
kedewasaan anak. Anak bisa semakin dewasa ataupun sebaliknya tergantung dari
cara didik orangtuanya. Berikut saya akan membahas beberapa pengaruh pola didik
orangtua terhadap anak.
Pertama,
mengenai Rasa syukur; Pengendalian emosi; Pola fikir serta tindakan;
Orangtua pasti ingin sekali semua
kebutuhan anaknya terpenuhi. Terutama bagi keluarga yang berada di kalangan
atas. Apapun yang anaknya inginkan, selalu dipenuhi. Contohnya saja mainan. Ya memang
tidak ada salahnya orangtua membelikan anaknya sebuah mainan. Namun jika
dibelikan terus, anak tersebut akan semakin tidak memiliki rasa bersyukur. Kenapa?
Karena anak-anak memiliki sifat yang cepat bosan. Jika dia sudah bosan terhadap
sesuatu maka ia akan meminta lagi untuk digantikan yang baru. Jika gaya ini
dilakukan terus-menerus hingga anak tersebut besar, maka sudah tidak diragukan
lagi jika anak tersebut semakin kekanak-kanakan. Dia akan semakin manja dan
semua yang diinginkan harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi maka anak tersebut
cenderung akan marah dan ngambek. Hal ini sudah sering saya lihat, tidak hanya
pada anak-anak, bahkan pada orang yang sudah dibilang dewasa pun begitu. Inilah
yang disebut sebagai pengendalian emosi. Orang dewasa pastinya bisa
mengendalikan emosinya. Dia juga tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Semuanya
perlu difikir secara matang.
Kembali ke rasa syukur. Terkadang rasa syukur juga diperlihatkan oleh
gaya hidup orangtuanya sendiri dan biasanya anak-anak mengikuti semua yang
dilakukan orangtuanya. Misalnya mengenai makanan atau apapun. Tidak sedikit
jika seseorang mengeluh karena ia tidak suka atau bosan terhadap makanan yang
sudah disediakan. Lalu ia pergi untuk makan di luar sesuai dengan keinginannya.
Nah, inilah yang disebut tidak memiliki
rasa bersyukur. Boleh, jika kita sesekali makan di luar. Tidak ada yang
melarang. Namun akan lebih baik jika kita menghabiskan dulu makanan yang sudah
tersedia di rumah dan tidak membuangnya. Tidak hanya itu, contoh lain pada
handphone bagi remaja. Kebanyakan anak remaja menggunakan handphone dengan
kasar, jika rusak ya tidak apa-apa, karena mereka berfikir bahwa orangtuanya
bisa membelikannya kembali dengan model yang lain. Saya mengingatkan bahwa di
dunia ini tidak ada yang mudah untuk mendapatkan sesuatu. Semuanya perlu
perjuangan. Mestinya kita bisa melihat bahwa banyak orang yang lebih susah dari
kita, oleh karena itu orang dewasa harus memiliki rasa bersyukur, dimanapun dan
apapun keadaannya.
Kedua,
mengenai Tanggung jawab;
Tanggung jawab adalah sesuatu yang
menjadi kewajiban bagi semua orang. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik
anaknya dengan baik. Begitu juga dengan anak, memiliki tanggung jawab untuk
mematuhi serta menghormati orangtua.
Orang tua adalah pusat pengaduan
dan penyelesaian masalah bagi anaknya. Setiap anak mempunyai masalah, maka ia
ceritakan dengan orangtua. Itu memang baik bahkan sangatlah baik untuk diikuti
oleh semua orang, sehingga masalah tidak dipendam sendiri.
Langsung saja kepada contoh kejadian
yang sudah sering kita lihat. Misalnya anak memiliki kesalahan, lalu dimaafkan oleh
ayahnya. Ibunya marah, karena walaupun ia melakukan hal yang kecil ia tetap
saja salah. Jika anak salah maka harus disalahkan, diberi hukuman ringan atau
teguran dan bukan untuk dibela. Hal ini tidak menutup kemungkinan jika anak
tersebut tidak pernah dimarahi, maka ia akan terus melakukan kesalahan hingga ia
tumbuh besar tanpa adanya penyesalan. Nah, inilah yang disebut tanggung jawab. Mengakui
serta memperbaiki kesalahan adalah tanggung jawab bagi seseorang yang berbuat
salah. Jika anak tersebut tidak pernah dilatih untuk bertanggung jawab, maka
sampai besar pun ia tidak akan memiliki rasa tanggung jawab. Karena tanggung
jawab tidak hanya tumbuh dari pengajaran lisan saja, namun diperlukan adanya
pelatihan juga. Salah satu contoh cara untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab
pada anak adalah wajib merapikan tempat tidur. Secara tidak langsung jika ia
selalu melakukannya maka rasa tanggung jawab itu muncul, yaitu rasa tanggung
jawab untuk menjaga kamarnya agar tetap bersih dan rapi. Begitu juga dengan hal
lainnya.
Ketiga,
mengenai Kemandirian dan Keberanian; Sosialisasi terhadap masyarakat luar;
Terkadang orangtua yang terlalu
menyayangi anaknya terlalu over protektif terhadap anaknya. Kemana-mana anaknya
harus ditemani dan tidak boleh main kemana-mana, terkecuali untuk kepentingan
belajar kelompok. Walaupun anaknya sudah besar, ia tidak diizinkan untuk pergi
sendiri. Memang rasa kekhawatiran itu wajar bagi orangtua terhadap anaknya. Namun
disini kita kembali kepada diri anak tersebut. Apakah dengan cara itu akan memberi
pengaruh yang baik terhadap perkembangan anak? Menurut saya tidak. Cara itu
hanya akan membuat diri anak menjadi tidak mandiri, ia akan takut untuk pergi
kemana-mana sendiri. Selain itu, ia akan sulit untuk bersosialisasi dengan
masyarakat luar. Apakah sifat seperti ini bisa dibilang dewasa? Tidak. Orang dewasa
tentunya bersifat mandiri dan dia bisa bersosialisasi dengan masyarakat luar
dengan baik. Jika orangtua khawatir dengan keadaan anaknya tidak dengan cara
seperti itu. Tapi dengan hanya membatasi serta mengontrol kegiatan anak. Sesekali
anak diperbolehkan untuk pergi sendiri (jika sudah besar) dan diperbolehkan
untuk mengenal lingkungan sekitarnya.
Lalu untuk menumbuhkan rasa keberanian,
akan lebih baik jika anak tersebut diikuti lomba. Misalnya untuk anak-anak TK. Sudah
banyak perlombaan yang diadakan khusus untuk anak-anak TK ataupun playgroup. Nah,
cara ini bisa dibilang sebagai cara yang instan untuk menumbuhkan rasa
keberanian pada anak, sehingga saat ia besar,anak tersebut menjadi lebih aktif
dan tidak menjadi anak yang pendiam.
Keempat,
mengenai Kepribadian dan Pendirian;
Kepribadian serta pendirian muncul dari
anak itu sendiri. Jika orangtua telah mendidik anaknya dengan baik dari kecil,
maka sudah pasti anak tersebut akan berkembang dengan baik, semakin lama anak
tersebut akan semakin dewasa. Sangatlah jelas, kepribadian orang dewasa berbeda
dengan anak kecil. Orang dewasa percaya terhadap diri sendiri, memiliki
pendirian tetap dan tidak meniru perilaku orang lain (menjadi diri sendiri). Berbeda
halnya dengan anak kecil yang selalu mengikuti perilaku orang dewasa dan belum
memiliki pendirian (labil).
Jadi, apapun yang
dilakukan oleh orangtua sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Kedewasaan anak
tergantung dari cara didik orangtuanya masing-masing. Saya yakin orangtua punya
caranya masing-masing dalam mendidik anaknya dengan baik.
Demikian analisa saya mengenai pengaruh pola asuh
orangtua terhadap perkembangan kedewasaan anak. Semoga yang saya sampaikan
dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Saya mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang
berkenan. Sekian dan terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar